Makalah Mustaqim - Gontor
dan Tebuireng ibarat saudara tua 'dulur tuo', hubungan 'persaudaraan' ini terjalin sejak kedua tokoh pendiri sama-sama menimba ilmu di pesantren Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo. Menurut penuturan Kyai Hasan, antara Kyai Ahmad Sahal, Kyai Zainudin Fanani, dan Kyai Hasyim Asy'ari terjalin hubungan 'sakral' bak murid dan guru. Kyai Hasyim Asy'ari, kala itu sudah berstatus sebagai 'guru' pesantren Siwalan Panji, yang bertugas membantu pengasuh, mengajarkan ilmu-ilmu keislaman kepada para santri, bil khusus santri-santri junior, termasuk di dalamnya Kyai Sahal, dan Kyai Fanani.
Hubungan persaudaraan ini semakin 'mesra' tatkala Kyai Wahid putra Kyai Hasyim dan Kyai Imam Zarkasyi, adik dari Kyai Ahmad Sahal dan Kyai Fanani, bertemu di pemerintahan era kepemimpinan bung Karno. Kyai Wahid menduduki jabatan Menteri Agama, sedang Kyai Zar duduk sebagai kepala seksi Pendidikan di Kementerian Agama. Menurut penuturan Prof. Amal Fathullah, kedekatan Kyai Wahid dan Kyai Zar bukan saja karena kesamaan visi dan misi dalam membangun dunia pendidikan di Indonesia, namun juga sebab adanya ikatan 'nasab kekerabatan' antara keduanya, dimana jika ditelisik lebih dalam, tersambung pada trah keluarga Ki Ageng Muhammad Besari Tegalsari. Gus Dur sendiri, memanggil Kyai Gontor dengan sebutan ' Adik ', hal ini pernah diungkapkan langsung oleh Gus Dur saat bertemu Kyai Hasan.
Ketika meletus peristiwa pemberontakan PKI 48' di Madiun, pasukan Hizbullah yg dikomando Kyai Yusuf Hasyim (Gus Ud), berhasil merebut kembali wilayah Ponorogo dari tangan PKI, termasuk membebaskan Kyai Sahal dan Kyai Zar yang tertawan oleh tentara PKI. Hal ini tidak mengherankan, sebab menurut penuturan Alm. Kyai Kafrawi Ridwan (Mantan Ketua Badan Wakaf Gontor), Gus Ud sendiri pernah mencicipi pendidikan di Gontor walau hanya beberapa bulan. Selain Gus Ud, tercatat Alm. Kyai Natsir Karim (Gus Cecep) cucu Kyai Hasyim Asy'ariy juga pernah mencicipi alam pendidikan Gontor.
Sementara itu, santri-santri Gontor tempoe doeloe, begitu tamat di Gontor, tidak sedikit yg melanjutkan ' bertabaruk ilmu ' di Tebuireng. Tercatat, nama 'Kyai Muhammad Hadziq' asal Brebes, setamat dari Gontor 'nyantri' di Tebuireng hingga akhirnya diambil menantu oleh keluarga Kyai Hasyim Asy'ariy melalui putrinya Nyai Khodijah binti Hasyim. Dari keduanya, lahir Gus Ishom Hadziq, inisiator lahirnya Kitab 'Irsyadu Syaariy', kumpulan kitab dan tulisan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ariy.
Hubungan mesra Gontor dan Tebuireng, sepeninggal Kyai Yusuf Hasyim (Gus Ud) masih berlanjut hingga saat ini. Di era kepemimpinan Gus Sholahuddin Wahid, kerjasama pengembangan pendidikan antar kedua lembaga semakin terlihat, beberapa kali pengasuh Gontor diundang untuk menyampaikan materi pada diklat guru-guru Tebuireng, diantaranya Kyai Hasan, Kyai Hidayatullah Zarkasyi dan Alm. Kyai Dihyatun Masqon. Sementara di Gontor sendiri, khususnya lingkup kampus perguruan tinggi, geliat pengkajian karya-karya Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari mulai nampak, seperti kajian rutin talaqqi kitab " Adabul 'Alim wa Muta'allim' yg diampu langsung oleh Ust. Hanif Fathoni, dosen Unida dan wakasek Sma TrenSains Tebuireng.
Hubungan indah ini, setidaknya menegaskan bahwa tampilan luar pesantren yg tampaknya berbeda seperti ' modern ' dan ' salaf ' tidak lantas menyebabkan keduanya terputus tali silaturahimnya, karena pada tataran prinsip, antara pesantren modern dan salaf bertemu di muara yg sama, sama-sama menjadi lembaga pencetak generasi " mundzirul qoum ". Apalagi jika ditelisik dari sisi genealogi keilmuan, dan nasab kekerabatan, para pengasuh pesantren-pesantren besar di tanah Jawa, baik Gontor, Tebuireng, Lirboyo, Ploso dll memiliki hubungan nasab yg bersambung dan bertemu. Adapun perbedaan warna, dan corak pengajaran semata-mata produk ijtihad masing-masing pengasuh yg saling melengkapi satu sama lain.
By : Khoirul Fata Jilid I (Dugel Kesambi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Menelisik Akar 'Kekerabatan' Gontor dan Tebuireng"
Post a Comment
Please give comment. Thanks