Makalah Mustaqim - Di tahun itu terjadi wabah penyakit menular yang mengerikan. Orang yang terjangkit penyakit ini akan merasa demam tinggi dan menggigil. Dua atau tiga hari kemudian hampir dipastikan meninggal.
Para santri Lirboyo berkeliling mengamalkan doa agar wabah penyakit segera berakhir. |
Kejadian itu terjadi hampir tiap hari. Sang Prabu Menak Sembuyu mengerahkan semua dukun untuk mengatasi hal ini.
Ditunggu dua minggu kemudian wabah tidak berhenti, malah meluas sehingga banyak korban berjatuhan.
Para dukun itu pun malah ada yang terjangkit wabah. Kini, andalan sang Prabu mengerahkan dukun terbaik kerajaan. Mulailah para dukun itu mengeluarkan mantra mantranya.
Sehari semalam mulutnya komat kamit membacakan mantra. Tapi apa hasilnya ? Malah sang putri yang bernama Dewi Sekardadu jatuh sakit.
Para dukun itupun kelelahan dan mohon maaf kepada sang Prabu tidak bisa menanggulangi wabah ini.
Sang Prabu pun bertindak cepat dengan mengeluarkan sayembara bahwa barang siapa yang bisa mengatasi wabah dan menyembuhkan penyakit sang putri, kalau laki-laki akan dinikahkan dengan sang putri, sedang kalau perempuan akan diberi hadiah emas dan permata. Sang Prabu terjun langsung bersama pembesarnya berkeliling membawa sayembara.
Hingga suatu petang menjelang malam sang Prabu melihat ada seorang pengembara berpakaian putih bersih sedang sembahyang magrib di sebuah pegunungan (Merapi?) nan sepi. Didekatinya ia dan menyampaikan sayembara itu.
Sang pengembara memperkenalkan diri bahwa ia bernama Ishak dari negeri sebrang (Samudra Pasai) bertujuan menyiarkan agama Islam di Blambangan.
Ia menyanggupi untuk mengatasi pegebluk yang sedang melanda Kerajaan Blambangan asal ia diijinkan menyiarkan agama Islam.
Sang Prabupun menyetujuinya. Pada waktu itu sang pengembara berusia sekitar 25 tahun.
Dalam panggung sejarah Gresik sang pengembara dikenal dengan nama Syekh Maulana Ishak. Dan Dewi Sekardadu berusia sekitar 16 tahun.
Sang Prabu takjub menyaksikan amalan doa yang dilantunkan Ishak. Amalan doa itu terasa meresap ke dalam hati sang Prabu dan pengiringnya.
Tak terasa waktu terus berputar dan telah berganti hari, Ishak mempersilakan Baginda pulang dan menyaksikan keadaan sang Putri.
Betapa kagetnya sang Prabu bahwa Dewi Sekardadu sudah bisa duduk dan bercengkrama dengan permaisuri.
Padahal selama ini hanya tidur, lemas, panas, dan tidak bisa apa-apa. Sesuai janjinya kawinlah Dewi Sekardadu dengan Maulana Ishak di penghujung tahun 1402.
Pageblug pun selesai dan banyak masyarakat Blambangan memeluk ajaran Islam yang dibawa Maulana Ishak.
Tahun 1403 lahirlah bayi laki-laki dari Dewi Sekardadu dan Maulana Ishak dan diberi nama Raden Paku. Kelak Raden Paku menjadi penyiar agama Islam dan bergelar Sunan Giri. ( Loemaksono, Persada)
0 Response to "Pageblug Kenangan Tahun 1402 Merupakan Tahun Kelam Bagi Kerajaan Blambangan (di Banyuwangi)"
Post a Comment
Please give comment. Thanks