Tulisan dari guru dan imam saya ini sudah tidak ditemukan lagi di FB
karena akun yang bersangkutan sudah tertutup karena beragam laporan ke
FB bahwa tulisannya dianggap mengganggu kelompok tertentu.
Dunia
sudah berubah, pemikiran penyandang dua gelar doktor dari dua benua,
Guru besar ilmu hukum Monash Univ, lancar berbahasa Arab dan Inggris
dianggap sesat oleh kelompok tertentu. Jujur saya mau mengenal mereka.
Siapakah mereka? darimanakah "kebenaran pengetahuan" yang mereka yakini?
"Engkau tidak perlu membela kebenaran demi kebenaran yang kau yakini
sebab hati yang bersih pasti tidak membutuhkan kecerdasan akal untuk
mengenal kebenaranNYA"
______________
Prof.Dr. KH. Nadirsyah Hosen, Ph.D
______________
Prof.Dr. KH. Nadirsyah Hosen, Ph.D
"Kalau anda belajar agama atau ilmu lain kepada mereka yang tidak jelas
sanad keilmuannya, itu sama saja kita sedang keluar masuk toko di mall
atau pusat perbelanjaan. Masing-masing menawarkan produknya dg
menggiurkan bahkan dg harga dibanting alias diskon."
Nadirsyah Hosen: "Pergi mengaji atau ke mall?
Seorang Guru Besar Studi Keislaman di UIN Jakarta pernah cerita dengan
bangga bahwa anaknya kuliah di salah satu perguruan tinggi top di
Bandung. Tapi kemudian dia mulai resah sejak prilaku dan penampilan
anaknya berubah. Selidik punya selidik, ternyata anaknya ikut pengajian
kelompok tertentu.
Ngamuklah bapaknya. Bukannya belajar dan tanya
soal keislaman sama bapaknya yang orang pesantren dan bahkan seorang
Guru Besar, anaknya malah terpengaruh ikut pengajian yang tidak jelas.
Bahkan bapaknya pun disalah-salahkan olehnya.
Sewaktu adik ipar
saya meneruskan kuliah di sebuah perguruan tinggi top di kota Bogor,
saya pun berpesan agar jangan sembarangan ikut pengajian. Lebih baik
tanya saya lewat BBM atau email soal Quran dan Hadis ketimbang ikut
pengajian yang aneh-aneh.
Saat ini, melepas isteri, anak atau
adik pergi ke mall sama galaunya dengan melepas mereka ke pengajian.
Kita harus tanya siapa kawannya, apa saja yang mereka lakukan, apa bahan
bacaannya, siapa guru ngajinya, dan lain sebagianya. Kalau dilepas
begitu saja, saat ini hampir sama bahayanya pergi ke mall atau ke
pengajian.
Fenomena GAFATAR yg sedang heboh di media massa
menguatkan keresahan kita melepas keluarga pergi ke pengajian. Bagaimana
membedakan antara pengajian yang standar dengan yang aneh-aneh? Paling
tidak dua hal ini harus jadi perhatian kita:
Pertama, biasanya
pengajian non-mainstream itu TIDAK bergabung dengan ormas keislaman yang
sudah mapan seperti NU, Muhammadiyah, Persis, al-Wasliyah, dll. Tapi
merupakan organisasi baru. Sistem pendidikan di ormas keislaman yang
disebut di atas itu sudah baku. Sementara kalau organisasi baru yg tidak
berafiliasi ke salah satu ormas yg sudah lama maka kita harus
berhati-hati. Harus cari info lebih dalam.
Kedua, ciri lainnya adalah biasanya Kiai atau Ustadnya TIDAK memiliki sanad keilmuan yang jelas.
Sanad keilmuan ini sangat penting. Ibarat orang sekolah harus punya
ijazah sebagai tanda lulus, begitu juga orang belajar ilmu agama harus
punya "ijazah" dari syekh, ulama atau kiai.
Misalnya, saya
belajar dari Abah saya, yang belajar dari Kiai Abbas Buntet, yang
belajar dari KH Hasyim Asy'ari, yang belajar dari Syekh Cholil
Bangkalan, dst. Ini yang kita namakan sanad ilmu. Tradisi keilmuan Islam
ini yang saking hebatnya sampai diadopsi oleh tradisi keilmuan barat
saat ini. Yang bisa mengajar itu harus punya ijazah dan jelas lulusan
dari mana. Singkatnya, dengan mengetahui guru kita belajar dari siapa
dan seterusnya maka kita bisa yakin bahwa transmisi keilmuan yang
ditransfer kepada kita itu terjaga dan otentik serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Kalau anda belajar agama atau ilmu lain
kepada mereka yang tidak jelas sanad keilmuannya, itu sama saja kita
sedang keluar masuk toko di mall atau pusat perbelanjaan. Masing-masing
menawarkan produknya dg menggiurkan bahkan dg harga dibanting alias
diskon.
Lebih gawat lagi kalau anda belajar agama kepada murabbi
yang justru "sanad" keilmuannya itu teknik, ekonomi atau pertanian.
Ibarat pergi ke mall mau belanja HP tapi anda malah mencarinya di toko
mainan anak. Gak nyambung kan?
Jadi, sekarang berhati-hatilah
melepas anak dan keluarga pergi ke mall dan/atau pergi mengaji.
Dua-dunya harus kita cermati dan awasi. Semoga Allah menjaga keluarga
kita semua. Amin.
Sumber : https://www.facebook.com/fajar.prabawa/posts/10207277103960238
0 Response to "Refleksi menarik tentang otentitas dan otoritas sumber kajian"
Post a Comment
Please give comment. Thanks