Anda tidak akan bisa membeli besi di warung makan, sebaaliknya anda tidak mungkin membeli makanan di toko besi.
Sedehana saja, belajar sesuatu ikutilah track record keilmuan yg
dimiliki. Jika belajar agama, carilah orang yg serius dan sungguh
sungguh belajar agama. Orang seperti ini bisa anda kenali dari akhlak,
pemikiran dan SEJARAH akademik tempat dia belajar. Sangat amat jarang
pada masa modern menemukan orang yg mampu menguasai keduanya. Teman FB
saya cuman 1, dekan Fakultas Teknologi
sebuah institut terkenal. Selain menyandang prof. Dr. beliau juga santri
mumpuni dg storage nahwu, sharaf, hikmah dan tasawwuf di kepalanya.
Hari ini kita bersedih kala orang serasional dokter meninggalkan
keluarganya dan lari dari suaminya. Saya tidak menemukan doktrin agama
yang saya yakini menunjukkan kebolehan lari dari keluarga kecuali alasan
yg dibenarkan ajaran agama itu sendiri. Jika anda ingin belajar agama
saran saya sederhana.
1. Pengetahuan agama memancar dari perilakunya. Carilah guru guru agama yg meyakini ilmu agamanya dalam perilaku keseharian.
2. Guru agama biasanya memiliki sejarah keilmuan dg guru sebelumnya. Ilmu agama menuntut adanya chain of resitation yg komplek. Rantai pengetahuan yg diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan, mereka tidak akan berani mengajarkan pengetahuannya kecuali diizinkan oleh guru agama sebelumnya.
3. Kasus di Indonesia menunjukkan, para guru agama terafiliasi atau sengaja menggabungkan diri pada organisasi tertentu. Ikutilah NU, Muhammadiyah, Persis, al wasliyah, NW dst. Berhati hatilah pada orang yang tidak terafiliasi, bisa jadi integritas keilmuannya memang TIDAK LAYAK, atau mereka terlalu SOMBONG untuk bekerjasama dg mereka.
4. Ikutilah guru agama yg mendamaikan dan mencerahkan nalarmu. 8 Tahun hidup di dunia pesantren) tidak saya temukan guru, kiai atau ustad yg mengajarkan kemarahan dan kekecewaan. Kesejukan ajaran mereka bersumber dari optimisme dan semangat mendidiik yg tulus.
Sumber : https://www.facebook.com/fajar.prabawa/posts/10207273820478153?pnref=story
1. Pengetahuan agama memancar dari perilakunya. Carilah guru guru agama yg meyakini ilmu agamanya dalam perilaku keseharian.
2. Guru agama biasanya memiliki sejarah keilmuan dg guru sebelumnya. Ilmu agama menuntut adanya chain of resitation yg komplek. Rantai pengetahuan yg diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan, mereka tidak akan berani mengajarkan pengetahuannya kecuali diizinkan oleh guru agama sebelumnya.
3. Kasus di Indonesia menunjukkan, para guru agama terafiliasi atau sengaja menggabungkan diri pada organisasi tertentu. Ikutilah NU, Muhammadiyah, Persis, al wasliyah, NW dst. Berhati hatilah pada orang yang tidak terafiliasi, bisa jadi integritas keilmuannya memang TIDAK LAYAK, atau mereka terlalu SOMBONG untuk bekerjasama dg mereka.
4. Ikutilah guru agama yg mendamaikan dan mencerahkan nalarmu. 8 Tahun hidup di dunia pesantren) tidak saya temukan guru, kiai atau ustad yg mengajarkan kemarahan dan kekecewaan. Kesejukan ajaran mereka bersumber dari optimisme dan semangat mendidiik yg tulus.
Sumber : https://www.facebook.com/fajar.prabawa/posts/10207273820478153?pnref=story
0 Response to "membeli besi di warung makan"
Post a Comment
Please give comment. Thanks